Teman-teman pasti
sudah familiar dengan Revit, apalagi sudah berkecimpung di dunia kontruksi sejak
dimulainya Revolusi Industri 4.0.
Jadi
Apa sebenarnya Revit itu?
Revit adalah Building
Information Modeling software yang digunakan oleh arsitek, structural
engineer, mechanical, electrical, and plumbing (MEP) engineer, designer maupun
kontraktor.
Software ini
memiliki kemampuan mendokumentasikan suatu proyek dalam satu file dan
ketersediaan parametric 3D modeling berfungsi mempercepat pemodelan. Selain
itu, parametric 3D model yang dibuat dapat menghasilkan denah, tampak,
potongan, perspektif, detail dan schedule. Melalui BIM, pekerjaan Architecture,
Engineering, Construction (AEC) menjadi terintegrasi dan otomatis sehingga
lebih efisien pada waktu dan biaya.
Computer Aided Design
(CAD) menghasilkan data geometri berdasarkan vector yang kita gambarkan,
kemudian kita asosiasikan dengan line types dan layer. Jika kita
analogikan pekerjaan dengan CAD itu seperti membatik sebuah baju secara tradisional
menggunakan canting. Dengan canting kita menggambarkan sebuah objek menggunakan
kumpulan dari beberapa garis. Memang pekerjaan menggunakan CAD tidak sepenuhnya
dapat kita analogikan dengan membatik, karena command copy dan move object
tidak bisa dilakukan ketika membatik. Namun yang menjadi point saya adalah jika
kita bandingkan workflow antara CAD dan BIM akan tampak secara jelas apa yang
saya maksud.
BIM tergantung
pada “parametric modeling” untuk menghasilkan informasi proyek yang terintegrasi,
konsisten dan dapat dihitung. Parametric Model dibuat menggunakan sekumpulan
persamaan matematika. Beberapa keuntungan menggunakan 3D parametric modelling dibanding
menggunakan tradisional 2D drawings:
- Kemampuan
untuk memproduksi desain yang fleksible
- Banyak
alternative model 3D solid yang dapat kita gunakan dalam satu project
- Integrasi
dengan aplikasi lain menjadi lebih cepat dan mengurangi pekerjaan engineering
yang berulang-ulang ketika terjadi pergantian design.
- Design data yang telah kita buat bisa digunakan kembali untuk membuat design baru
Dalam hal ini, BIM jika kita analogikan dalam pekerjaan membatik seperti membatik menggunakan teknologi canggih yang mungkin diciptakan pada zaman ini. Membatik menggunakan sebuah mesin dengan kemampuan produksi yang sangat cepat. Memodelkan berbagai macam bentuk motif hanya dengan menginput suatu parameter di mesin canggih tersebut. Kita tidak perlu repot-repot membatik satu baju secara manual menggunakan canting dengan waktu yang sangat lama. Kemudian yang paling diandalkan adalah kemampuan mesin ini untuk menghasilkan informasi mengenai quantity bahan yang diperlukan untuk membuat suatu baju batik.
Perbandingan
2D CAD, 3D CAD dengan BIM
2D CAD
|
3D CAD
|
BIM
|
|
Ukuran File
|
Kecil
|
Besar
|
Sangat Besar
|
Standar anotasi
|
Manual
|
-
|
Otomatis
|
Visualisasi
|
-
|
Ya
|
Ya
|
Perhitungan data non-grafis
|
Manual
|
-
|
Otomatis
|
Dokumentasi proyek
|
Manual/mudah
|
Manual/sulit
|
Otomatis
|
File yang dibutuhkan
|
Lebih dari 1
|
Lebih dari 1
|
1
|
Tingkat kesulitan training
|
Mudah
|
Sedang
|
Sulit
|
Level BIM
- BIM Level 0. Gambar desain 2D menggunakan aplikasi CAD seperti menggunakan AutoCAD. Hasil yang dikeluarkan dapat berupa print pada kertas atau pdf.
- BIM Level 1. Gambar desain secara 3D seperti menggunakan SketchUp/3Ds Max. Hasil yang dikeluarkan berupa electronic sharing dalam bentuk file, biasa digunakan oleh kontraktor.
- BIM Level 2. Dapat terlihat dari produk yang dihasilkan berupa RAB/BQ, detail desain, dokumentasi, data analisa dari 3D model terintegrasi dalam satu file projek.
- BIM Level 3. Dapat terlihat dari produk yang dihasilkan berupa kolaborasi beberapa disiplin ilmu dalam satu model. Semua pihak dapat mengakses secara online, data yang dikelola termasuk penjadwalan konstruksi dan estimasi biaya, serta siklus proyek.
tags: revit , auodesk , bim , modelling , 3d model , autocad , building information modelling , integrasi , kontraktor , arsitek , teknik sipil , revolusi industri 4.0 , digital
No comments:
Post a Comment